Dari Atap Reyot ke Asta Cita: Kisah Heroik MI Hidayatul Athfal Merajut Mimpi Layak Belajar 2025
Dari Atap Reyot ke Asta Cita: Kisah Heroik MI Hidayatul Athfal
Merajut Mimpi Layak Belajar 2025
Oleh: MOCH. SAMSUL
Di sebuah sudut desa yang tenang, di Jalan Diponegoro, Dusun Plosorejo, Desa Kaligoro, Kecamatan Kutorejo, berdirilah sebuah pilar pendidikan yang telah menempa karakter bangsa sejak tahun 1966. Inilah MI Hidayatul Athfal, sebuah madrasah yang namanya bergema bukan dari megahnya bangunan, melainkan dari gemerlap prestasi dan ketulusan hati para pejuang ilmunya.
MI Hidayatul Athfal adalah permata tersembunyi yang berjuang dalam sunyi. Dengan 108 siswa dan 10 guru yang berdedikasi, madrasah ini telah menorehkan tinta emas yang mengagumkan. Di tengah himpitan ekonomi—di mana rata-rata gaji orang tua siswa dan guru hanya berkisar Rp1-3 juta per bulan, memaksa para guru mencari nafkah tambahan dengan berdagang dan pekerjaan serabutan—madrasah ini justru mengukir prestasi spiritual yang luar biasa. MI Hidayatul Athfal sukses meluluskan siswa dengan hafal Juz 30, bahkan rutin meraih gelar bergengsi seperti Juara 1 Tahfidz Putra dan Juara 2 Tahfidz Putri, serta pernah menembus Juara 2 Tahfidz Putra tingkat Kabupaten. Belum lagi prestasi lain seperti Juara 2 Senam Pramuka yang menunjukkan semangat holistik mereka. Mereka adalah generasi emas yang lahir dari bilik yang rapuh.
Namun, di balik semangat yang membara, kondisi fisik madrasah menjadi saksi bisu perjuangan yang mengiris hati. Ruang kelas, terutama kelas 1 dan 2, menampilkan pemandangan yang memilukan dan berbahaya. Plafon yang lapuk dan struktur atap kayu yang keropos mengancam di atas kepala para penghafal Al-Qur'an. Setiap hari, saat pelajaran berlangsung, debu yang berjatuhan dari langit-langit menjadi tamu tak diundang, mencemari udara. Ditambah lagi, udara yang sangat panas di siang hari membuat lingkungan belajar terasa sesak dan sangat mengganggu konsentrasi.
"Rasanya tidak nyaman, Pak. Debunya banyak sekali dan kalau siang panas sekali. Kadang kami jadi sulit fokus menghafal, sering batuk, dan kepala terasa pusing," tutur seorang siswa dengan mata polos, menggambarkan realita pahit di madrasah yang mereka cintai. Suara keluhan itu adalah alarm bagi Kepala Madrasah. Keselamatan dan kenyamanan 108 masa depan bangsa berada dalam risiko.
Kisah renovasi MI Hidayatul Athfal adalah sebuah epik tentang pantang menyerah dan keyakinan. Selama bertahun-tahun, madrasah ini belum pernah tersentuh bantuan renovasi dari pihak mana pun, seolah terlupakan oleh hiruk pikuk pembangunan.
Kepala Madrasah, dengan hati yang penuh harap dan tekad baja, memulai perjuangan yang terasa seperti mendaki gunung sendirian. Beliau menjelajahi setiap sudut kemungkinan, dari mengajukan proposal ke pihak terkait hingga mencoba peruntungan di media sosial. Setiap penolakan, setiap pintu tertutup, tidak mematahkan semangatnya, justru menjadikannya semakin gigih. Beliau tahu, ini adalah pertaruhan untuk masa depan anak didiknya.
Awalnya, keajaiban kecil sudah terjadi di level komunitas. Wali murid yang terharu melihat perjuangan madrasah dan kondisi anaknya, secara kompak dan sukarela, mengulurkan tangan. Dengan dana seadanya, mereka bergotong royong untuk perbaikan minor. Sebuah bukti cinta dan komitmen komunitas terhadap pendidikan.
Puncaknya terjadi di akhir tahun 2025 yang bersejarah. Setelah penantian panjang dan upaya yang tak kenal lelah, seberkas cahaya terang datang. MI Hidayatul Athfal terpilih sebagai penerima bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) melalui program andalan mereka, Madrasah Layak Belajar (MLB). Ini bukan hanya sekadar dana, ini adalah pengakuan atas dedikasi mereka, sebuah jawaban atas doa yang tak terhitung. Bantuan ini sejalan dengan salah satu misi penting Asta Cita pemerintah, yaitu "Pengembangan Sumber Daya Manusia" melalui peningkatan kualitas infrastruktur pendidikan dasar.
Kabar bahagia itu menyebar bagai api. Reaksi yang paling dramatis datang dari para siswa. Mereka sangat senang dan antusias! Bahkan, anak-anak kecil itu, dengan semangat gotong royong, ikut membantu renovasi, memindahkan meja dan kursi, merasakan kepemilikan atas transformasi madrasah mereka.
Dampak setelah renovasi sungguh luar biasa. Ruang kelas 1 dan 2 kini memiliki plafon yang kokoh dan atap yang aman. Tak hanya itu kelas 4-6 juga kini memiliki Plafon. Debu pengganggu telah lenyap. Yang paling penting, kelas-kelas terasa sangat nyaman dan sejuk berkat pemasangan kipas angin. Proses pembelajaran kini menjadi tenang, kondusif, dan penuh energi. Anak-anak yang dulunya sulit fokus karena panas, kini belajar dengan gairah baru.
Dan perpustakaan madrasah, yang sebelumnya hanya berisi beberapa buku, kini memiliki rak buku yang memadai dan tertata rapi. Momen ini, ditambah dengan kebahagiaan mendapatkan bantuan yang pertama kali, memicu gelombang literasi. Anak-anak mulai sering membaca buku di perpustakaan. Antusiasme dan literasi belajar mereka meningkat drastis.
Transformasi ini disambut dengan haru dan syukur dari seluruh keluarga besar MI Hidayatul Athfal:
Testimoni Siswa:
"Sekarang kelas kami bagus sekali! Tidak panas, tidak ada debu lagi. Saya lebih senang di sekolah sekarang. Apalagi ada rak buku baru, saya dan teman-teman jadi sering ke perpustakaan. Rasanya senang sekali bisa punya sekolah yang nyaman! Waktu ikut memindahkan meja, saya bangga sekali."
Testimoni Guru:
"Kami para guru, yang selama ini harus mengajar sambil memikirkan bagaimana cara menambal kekurangan bangunan, kini bisa fokus 100% mendidik. Kondisi madrasah yang nyaman membuat antusiasme belajar anak-anak meningkat drastis. Bantuan dari BAZNAS ini adalah hadiah atas kesabaran kami. Kami yang pulang mengajar harus berdagang, kini bisa mengajar dengan tenang, tanpa khawatir atap roboh. Kualitas pendidikan kami pasti akan melonjak!"
Testimoni Orang Tua Siswa:
"Melihat anak-anak gembira, hati kami juga ikut lapang. Kami sadar gaji kami kecil, tapi kami selalu berusaha bantu madrasah semampu kami. Melihat MI Hidayatul Athfal sekarang, kami yakin madrasah ini akan mencetak generasi yang lebih hebat, hafal Al-Qur'an dan siap menjadi SDM unggul. Terima kasih BAZNAS, ini adalah harapan yang terwujud. Madrasah ini bukan lagi sekadar bangunan, tapi rumah impian untuk masa depan anak kami."
Kisah MI Hidayatul Athfal di Kutorejo adalah bukti nyata bahwa upaya sekecil apa pun dalam meningkatkan mutu pendidikan, terutama di akar rumput, adalah langkah konkret menuju cita-cita luhur Asta Cita dan visi Indonesia Emas 2045—yaitu penguatan Sumber Daya Manusia yang berkarakter dan berdaya saing.
Dari debu yang menghilang, dari kipas angin yang berputar, dan dari buku yang terbuka di perpustakaan baru, lahirlah optimisme. Madrasah Layak Belajar bukan hanya tentang renovasi fisik, tetapi tentang merenovasi mimpi dan menghidupkan harapan generasi penerus bangsa. Perjuangan panjang sang Kepala Madrasah dan komitmen BAZNAS telah menorehkan babak baru: bahwa keadilan dan kualitas pendidikan harus sampai ke setiap sudut negeri, bahkan di balik keterbatasan ekonomi. Ini adalah kemenangan bersama, sebuah inspirasi bagi seluruh madrasah di Indonesia.
Post a Comment for "Dari Atap Reyot ke Asta Cita: Kisah Heroik MI Hidayatul Athfal Merajut Mimpi Layak Belajar 2025"
Terima kasih atas kunjungan anda, jika ada ketidaknyamanan dari blog ini kami mohon maaf. kami akan melayani dengan sepenuh hati