Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyembelihan Hewan Qurban 2025

kebersamaan dan ketulusan di balik perayaan kurban di MI Hidayatul Athfal.


Bau embun pagi di dusun Plosorejo masih kental saat matahari mulai menyapa, namun suasana di halaman MI Hidayatul Athfal sudah semarak. Jam menunjukkan pukul 07.30 pagi di hari Sabtu, 7 Juni 2025. Sehari sebelumnya, Jumat Agung telah berlalu, membawa hari raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1446 H. Sementara banyak yang telah menyelesaikan kurban di hari pertama, MI Hidayatul Athfal memiliki tradisi yang unik dan istimewa, menunda penyembelihan keesokan harinya, demi memastikan semua siswa dapat menjadi bagian dari proses yang sarat makna ini.

Tahun ini, dua ekor kambing gemuk terikat di bawah pohon mangga, hewan kurban hasil dari sebuah program istimewa: Arisan Qurban Guru. Program tahunan yang diikuti oleh hampir seluruh bapak dan ibu guru serta banyak orang tua siswa ini adalah bukti nyata dari semangat kebersamaan. Setiap tahun, secara bergilir, satu nama akan keluar sebagai perwakilan yang berhak menunaikan kurban atas nama arisan tersebut. Tahun ini, giliran Ibu Rahayu Dwi Astutik, S.Pd.I, guru kelas 2 yang sudah mengabdi belasan tahun. Wajahnya berseri-seri, haru bercampur bangga.
“Ini bukan hanya tentang seekor kambing, tapi tentang janji kami untuk berbagi kebahagiaan setiap tahunnya,” bisik Bapak Moch. Samsul, S.Pd.I, Kepala Sekolah, kepada seorang wali murid yang hadir.

Pusat perhatian tertuju pada Yai Said, sesepuh dusun Plosorejo. Dengan pengalaman seumur hidupnya, ia adalah satu-satunya orang yang dipercaya untuk memegang pisau penyembelihan. Gerakannya tenang, penuh khidmat. Mata tuanya memancarkan keteduhan, mengiringi doa-doa yang diucapkan sebelum pisau tajam itu menyentuh leher hewan kurban.

Dua kambing itu disembelih dengan cepat dan sesuai syariat. Tak lama kemudian, halaman sekolah riuh dengan kegiatan. Para bapak guru dan wali murid bahu-membahu menguliti dan mencacah daging. Sementara ibu-ibu guru dengan sigap menyiapkan tumpukan daun pisang dan tas-tas kecil.
Namun, bagian yang paling ditunggu adalah saat pembagian. Daging kurban ini tidak dibagikan sembarangan. Program kurban MI Hidayatul Athfal ditujukan khusus untuk 60 siswa yang paling berhak. 

Satu per satu, nama-nama siswa dipanggil. Di barisan paling depan, berdiri Aqila, seorang siswi kelas 4. Wajahnya yang biasanya pemalu terlihat tegang. Ketika namanya dipanggil, ia maju dengan langkah kecil. Ibu Rahayu menyerahkan bungkusan daun pisang berisi daging kurban yang hangat. Dan dilanjutkan siswa lainnya.
Setiap bungkus yang dibagikan terasa lebih dari sekadar potongan daging. Ada kisah perjuangan guru-guru yang menyisihkan rezeki melalui arisan, ada ketulusan Yai Said dalam menunaikan tugas, dan ada harapan yang dibawa pulang oleh 60 pasang mata polos.

Pada siang hari, ketika semua telah selesai, Pak Moch. Samsul memandang halaman sekolah yang kini kembali lengang. Arisan Qurban Guru, rutinitas tahunan yang sederhana, telah sekali lagi menyatukan komunitas mereka—guru, siswa, dan sesepuh—dalam satu ikatan ketaatan dan kasih sayang. Hari itu, MI Hidayatul Athfal mengajarkan pelajaran terpenting: Qurban bukan hanya ritual penyembelihan, tetapi perayaan dari hati yang sudi berbagi.

Post a Comment for "Penyembelihan Hewan Qurban 2025"